Ketika BTM mengarahkan Knowledge Management

Kita sekarang sedang menuju pada Knowledge Economic Era yang mulai banyak disampaikan oleh para pakar dunia. Sebagai pelaku dunia usaha kita harus mencoba mensiasati bagaimana kiat-kiat yang dibutuhkan agar usaha kita tidak tertinggal dan masih mampu memenangkan persaingan. Berangkat dari apa yang ada di pola pikir banyak pengusaha kita yang lebih ditempa karena pengalaman dari usaha kecil sampai menggurita, umumnya mereka masih berpikir bahwa model persaingan yang ada lebih ditentukan oleh adanya harta berwujud padahal pergeseran sudah makin tajam meninggalkan era tersebut. Hal ini banyak dijumpai dalam dunia bisnis dari sisi investasi, masih banyak dijumpai di pasar bahwa investasi usaha hanya dikalkulasi atas dasar yang sifatnya berupa aset berwujud, sedangkan aset tidak berwujud yang justru menjadi senjata menghadapi Knowledge Economics Era belum dimasukan dalam daftar investasi. Hal ini tentunya dimulai dari paradigma para pengusaha sendiri yang harus berubah, sehingga fokus mereka tidak hanya pada perhitungan aset berwujud tetapi juga aset tidak berwujud ( intangible assets ). Bila proses perubahan paradigma sudah terjadi, maka akan memudahkan untuk membangun Intangible Assets Competitiveness tetapi bila perubahan paradigma belum terjadi, biasanya investasi aset tak berwujud masih dilihat sekedar jadi Cost, lebih parah lagi kalau mereka melihat sebagai Expense.

Dalam menghadapi era ekonomi baru yang sangat didasari pada Knowledge Based Competition maka daya saing yang harus dibangunpun akan jauh berbeda dengan era ekonomi Assets Based Competition. Dalam Knowledge Based Competition, paradigm shift harus terjadi dahulu baru kita bisa berpikir, fokus, merencanakan dan mengeksekusinya guna membangun daya saing yang baru. Berbagai aset tidak berwujud yang menjadi alternatif kombinasi untuk meningkatkan daya saing dalam Knowledge Based Competition, seperti membangun merk produk, merk perusahaan, strategic integrated management system, sistem informasi internal dan eksternal, skill & behavior karyawan, networking, budaya perusahaan, marketing intelligence, kepemimpinan, high performance team, knowledge management dan masih banyak lagi bila digali sesuai masing-masing bisnis.

Nah, bagaimana kita sebagai pengusaha mampu membangun daya saing baru tersebut bila kita melihat semua itu tidak sebagai investasi ? Seserius apa kita akan mempersiapkan diri ? Apakah bisa sebagus kita membangun gedung, pabrik, gudang dan peralatan produksi bila hanya dianggap sebagai sampingan ? Kita mesti belajar dari Nike sebagai pemain dunia yang tidak perlu punya asset berwujud yang besar seperti tanah, pabrik, mesin-mesin produksi dan infrastruktur penunjangnya. Beberapa tes pernah kami lontarkan kepada klien-klien kami bahwa bila Anda di berikan modal 3 milyar untuk meremajakan aset berwujud, maka dalam waktu setahun juga akan terealisasikan tapi bila ingin membangun aset tidak berwujud diberi modal yang sama dalam waktu 3 tahun belum tentu jadi. Disini tantangan yang harus diatasi. Jadi pilihan ada di tangan Anda sebagai pemilik atau manajemen!.

Knowledge Based Competition memaksa kita harus membangun daya saing yang berbeda dari pola persaingan terdahulu, salah satu yang penting dan belum banyak diterapkan adalah Knowledge Management. Pemahaman sederhana dari Knowledge Management adalah bagaimana kita harus mengelola berbagai pengalaman, pengetahuan, informasi yang telah terjadi, yang ingin dan sedang dipakai agar pengetahuan dan pengambilan keputusan dari manajemen dan karyawan dapat dilakukan lebih cepat dan efektif termasuk untuk menghindari pemborosan karena kesalahan, keterlambatan dan kealpaan padahal kita pernah mengalami dan memiliki. Berbagai infrastruktur seperti Teknologi Informasi menjadi alat untuk membentuk dan mengelola Knowledge Strategis dalam bisnis kita.

BTM dalam pembahasan terdahulu tentang Value Discipline ( Product Leadership, Operation Excellence dan Customer Intimacy Company ) memberikan arahan didalam kita melakukan desain Knowledge Management . Seperti diketahui bahwa kita punya pilihan untuk berkompetisi di pasar, apakah dengan kemampuan inovasi produk & atau service atau dengan kemampuan memiliki produktivitas dan efisiensi unggul mulai dari terima order produk diterima pelanggan atau kemampuan kita dekat dan menciptakan solusi bagi pelanggan. Di masing-masing pilihan Disiplin Nilai ( Value Discipline ) tentunya unit bisnis atau perusahaan membutuhkan Knowledge yang berbeda sebagai aset tak berwujud yang akan mendongkrak keunggulannya. Dalam Product Leadership Company tentunya statistik pengalaman dalam inovasi sampai product launching akan menjadi penting dalam membuat rencana strategis termasuk menentukan sasaran serta portofolio produknya. Sedangkan untuk Operation Excellence Company karena daya saing digerakan oleh kemampuan membangun Cost Leadership, maka Knowledge yang harus dibangun berkaitan dengan indikator produktivitas dan efisiensi baik yang telah kita miliki selama ini atau benchmarking keindustri yang punya Disiplin Nilai sama dengan kita. Apabila Customer Intimacy Company sangat membutuhkan Knowledge yang memahami pilihan pelanggannya mulai dari prioritas pelanggan, karakter bisnis segmen pelanggan, problematik dalam segmen industri pelanggan serta statistik solusi kepada pelanggan yang pernah dilakukan dan benchmarking perusahaan dengan Disiplin Nilai sama.

BTM dalam melakukan pemetaan strategi dari masing-masing unit bisnis juga akan menginisiatif dalam membangun Strategic Knowledge Management sesuai kebutuhan dalam unit bisnisnya, rancangan Knowledge Management dapat dikembangkan lebih detail sebagai bagian dari pondasi perusahaan. Disini seringkali dibutuhkan investasi yang harus dianggarkan karena kita butuh mendata ulang pengalaman kita, melakukan survey, mengekstrak konsep manajemen, membangun pengetahuan/pengalaman teknis di lapangan, informasi pasar yang update, membangun jaringan informasi termasuk infrastruktur teknologi informasi untuk memudahkan akses oleh manajemen dan karyawan. Perlu kita cermati dalam era persaingan sekarang butuh Kreatifitas dan Kecepatan. Bila Knowledge Management terbentuk dan terakumulasi dari waktu kewaktu, maka akan menjadi Intangible Assets yang membangun Kecepatan dalam menjalankan perencanaan, transaksi bisnis dan pengambilan keputusan strategis atau operasional.

Dari pengalaman kami membantu berbagai perusahaan banyak kami menjumpai perusahaan yang lemah dalam mengelola pengalaman, pengetahuan, statistik bisnis mereka padahal mereka jalani terus menerus setiap hari. Memanfaatkan SDM untuk mendapatkan informasi pasar yang update dan murah sebagai bagian dalam Knowledge Management yang harus mereka kelola berkesinambungan.

Kepedulian manajemen dan pemilik terhadap hal tersebut sangat penting karena akan membangun komitmen dalam mempersiapkan Knowledge Management startegis mereka sendiri. Sistem Manajemen Perusahaan dan Investasi Teknologi Informasi harus mengkondisikan manajemen dan seluruh karyawan membantu dalam pengelolaan dan updating Knowledge Management. Knowledge Management yang dikelola dengan baik akan menjadi Good Will perusahaan karena akan sangat bermanfaat secara operasional atau startegis. Tantangan bagi anda sebagai pemilik dan manajemen untuk mengubah paradigma anda bahwa Intangible Assets = Investasi yang harus dianggarkan.

Anda tidak dapat lari dari Knowledge Based Competition, anda harus mengatasinya dengan menjadikan Intangible Assets seprioritas Tangible Assets.

This entry was posted in Ilmu Pengetahuan. Bookmark the permalink.

Comments are closed.