Knowledge management semakin diperlukan

Internet sudah terbukti memudahkan penggunanya untuk mendapatkan informasi. Namun, ada dua sisi yang terkesan saling bertentangan namun tetap satu pengertian dalam menanggapi keterbukaan informasi di Internet.

Di sisi pertama, ada penilaian bahwa Internet membuat penggunanya seakan kebanjiran informasi sehingga memerlukan mekanisme khusus, baik dalam kerangka individual maupun secara kolektif, untuk menyaring mana informasi yang diperlukan dan mana yang harus dibuang.

Di sisi lain, ada penilaian bahwa keterbukaan informasi masih perlu ditingkatkan guna menyokong proses pembelajaran melalui Internet bagi masyarakat.

Keterbukaan di Internet masih terhalang oleh sejumlah kendala seperti cara berfikir pemilik pengetahuan yang takut karyanya dijiplak, masih adanya perpustakaan yang amat membatasi akses terhadap gudang ilmunya yang begitu kaya, dan sejumlah batasan akses pengetahuan.

Uniknya lagi, dua sisi persoalan ini bertemu dalam satu kata yang belakangan mengemuka, yaitu pengelolaan pengetahuan (knowledge management).

Salah satu yang perlu digarisbawahi dari konsep pengelolaan pengetahuan adalah manusia dapat mengumpulkan aset pengetahuan (knowledge asset) dan menggunakannya untuk mendapatkan keunggulan kompetitif.

Bagi suatu perusahaan, aset pengetahuan bisa berupa pengalaman karyawan, market reach, kekayaan intelektual, serta infrastruktur seperti proses, organisasi, sistem , serta metode.

Meningkatnya kebutuhan komunitas maupun perusahaan terhadap sistem pengelolaan pengetahuan akan meningkatkan pengeluaran perusahaan untuk itu.

Sejumlah perusahaan telah meluncurkan berbagai solusi, piranti keras maupun lunak, yang dinyatakan sebagai upaya pengelolaan pengetahuan bagi perusahaan atau institusi tertentu.

Menurut Alan Ginsberg, co-chief executive officer eBrainnExchange, belanja perusahaan untuk pengelolaan pengetahuan pada 2003 kemungkinan akan mencapai angka US$8 miliar.

eBrainExchange merupakan salah satu perusahaan yang mengantisipasi perkembangan bisnis pengelolaan pengetahuan dengan meluncurkan piranti lunak EBX Technology versi 1.0.

EBX Technology merupakan piranti lunak aplikasi yang memungkinkan penggunanya berbagi pengetahuan person to person melalui Internet dan interface tanpa kabel dalam satu komunitas bisnis.

Piranti lunak ini akan mempermudah pencari pengetahuan dan penyedia pengetahuan untuk berhubungan dan bertukar informasi secara lebih efisien.

Menurut rencana, eBrainExchange akan mengembangkan EBX Technology sebagai suatu solusi pengelolaan pengetahuan dalam skala perusahaan dan menjualnya melalui ASP (application service provider).

Aplikasi ini diyakini mampu memberikan pertukaran informasi yang efisien antara karyawan, mitra dan pelanggan.

Knowledge-based society

Sementara pakar Internet Onno W. Purbo mengajukan konsep knowledge management yang cukup radikal. Menurut dia, filosofi mendasar knowledge management adalah knowledge is power, share it and it will multiply.

Melalui cara berfikir semacam inilah Onno yakin bahwa Internet akan berperan besar dalam membuat masyarakat menjadi pintar. Hal itu merupakan dasar bagi masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society)

Upaya membuat masyarakat pintar dilakukan melalui pertukaran pengetahuan yang mudah, dan sebagai konsekuensinya, bertukaran menjadi cepat.

Pertukaran pengetahuan yang cepat, pada gilirannya akan membuat pengetahuan terus berkembang dengan dahsyat. Pengelolaan pengetahuan, dalam pengertian itu, adalah upaya menyebarkan, mempercepat pertukaran dan memanfaatkan pengetahuan.

Dalam pengelolaan pengetahuan, dikenal istilah explicit knowledge yaitu hasil pengetahuan yang telah berwujud misalnya disertasi, tesis, skripsi, tugas akhir, laporan penelitian, buku dan semacamnya; serta tacit knowledge berupa pengetahuan yang masih tersimpan dalam kepala pemiliknya.

Menurut Onno, Internet merupakan platform yang amat menunjang pertukaran tacit knowledge, sedangkan manajemen explicit knowledge akan ditunjang oleh pengembangan digital library (yang juga tidak lepas dari Internet).

“Siklus pertukaran pengetahuan menjadi sangat cepat dan kemampuan analisis dalam mengolah data mentah menjadi pengetahuan akan meningkat, serta menjadi kekuatan terpadu yang dahsyat,” ujarnya.

Dia mengatakan proteksi pengetahuan seperti hak atas kekayaan intelektuan (HAKI), hak cipta dan paten menjadi tidak relevan dalam platform pertukaran informasi yang cepat.

Sementara ketua Knowledge Management Research Group (KMRG) ITB Ismail Fahmi mengatakan masih banyak ilmuwan yang beranggapan bahwa ilmunya terlalu berharga untuk dipublikasikan sehingga membuat pertukaran pengetahuan menjadi lambat.

Mereka khawatir jika ilmunya dipublikasikan akan banyak yang mencuri idenya sehingga pemilik ilmu itu tidak kebagian apa-apa.Kekhawatiran lain adalah kemungkinan terjadinya plagiat.

“Dengan cara berfikir itu, masih banyak perpustakaan atau penulis yang menyimpan saja skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian di rak-rak perpustakaan. Tidak boleh di-copy, tidak boleh dipinjam, hanya boleh dibaca ditempat,” ujarnya.

Akibatnya, hanya sedikit atau sama sekali tidak ada orang yang bisa membaca karyanya.

“Bukankah yang seperti ini yang sangat memungkinkan terjadinya plagiat? Tidak ada orang yang tahu isi tesis ini sehingga kalau ada yang mencontek justru tidak diketahui.”

Menurut Ismail, seandainya tesis itu dipublikasikan secara luas, seperti surat kabar, justru tidak ada yang menconteknya.

Untuk mewujudkan konsepnya mengenai pertukaran pengetahuan yang mudah dan cepat, KMRG ITB melakukan digitalisasi hasil-hasil penelitian yang tersimpan di perpustakaan ITB, dan mempersiapkan link dengan perpustakaan internasional.

Tampaknya, pengguna Internet harus siap dengan keterbukaan informasi dan pengetahuan yang lebih dahsyat. Tentu, dengan harapan, pengelolaanya akan lebih mudah.

Sumber :

http://www.infoperpus.8m.com/news/07112000_1.htm

This entry was posted in Ilmu Pengetahuan. Bookmark the permalink.

Comments are closed.